Cerpen Remaja: Surat untuk Mantanku
“Udahlah jangan deketin
aku lagi, lepasin aku! Aku gak mau lihat muka kamu lagi ngerti! Pergi
sekarang!” Naya masih terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman
Bintang. Namun, semakin dia berusaha, Bintang semakin mengencangkan pegangan
tangannya.
“Nay, aku mohon
dengerin aku dulu. Aku mau jelasin semuanya ke kamu, tolong Nay,” Bintang terus
menahan Naya.
“Aku kan udah bilang
kita udah putus! Aku sama kamu udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi aku
mohon banget sama kamu, jangan ganggu hidupku lagi. Lebih baik kamu sama Sisca
aja. Makasih buat waktu yang selama ini kamu kasih ke aku,” Naya langsung
berlari meninggalkan Bintang. Dia tak ingin membiarkan airmatanya jatuh di
depan lelaki yang telah membuatnya terluka itu.
Yaa, Naya dan Bintang
dulunya adalah sepasang kekasih yang terlihat sempurna. Hampir setiap hari,
dimana pun Naya berada pasti Bintang tak lepas darinya, begitupun sebaliknya.
Namun semuanya berubah setelah Bintang terpilih sebagai kapten basket
menggantikan seniornya.
Seiring dengan semakin
mendekatnya jadwal kompetisi, hari-hari Bintang semakin disibukan dengan
latihan basket. Waktu bersama Naya pun sudah mulai berkurang, bahkan hampir tak
pernah mereka terlihat bersama lagi. Justru Bintang mulai sering menampakan
kebersamaan bersama salah satu anggota cheerleaders. Tak khayal, gosip mulai
merebak ke penjuru SMA Mulya Utama.
“Nay, kamu gak putus
kan sama Bintang?” tanya Renata setelah sebelumnya dia kembali melihat Bintang
berdua dengan Arlin.
“Gak lah, ngaco aja
kalo ngomong. Aku masih sama Bintang kok. Kenapa emang?” Naya balik nanya.
“Yaa, abisnya
akhir-akhir ini kok anak-anak banyak yang lihat mereka berdua jalan bareng
gitu,” Renata meminta persetujuan teman-temannya.
“Iya bener Nay, coba
deh kamu tanyain Bintang,” Nesha menambahkan.
“Udah ah, kalian
bisanya ngomporin doang. Aku mau nemuin Bintang aja, daaah,” Naya berjalan ke
luar kelas menuju ruang basket.
Ketika Naya membuka
pintu, dia begitu kaget melihat keadaan di dalamnya. Di depan matanya dia
melihat orang yang sangat dia cintai tengah memeluk Arlin, wanita yang selama
ini digosipkan dekat dengan kekasihnya itu. Spontan dia langsung menampar
Bintang dan meninggalkannya pergi.
Hingga tiga bulan
setelah kejadian itu Naya baru bisa menyembuhkan lukanya. Tak pernah ada
penjelasan sedikitpun dari Bintang tentang kejadian yang telah berlalu itu.
Selama itu pula Naya menahan sakit karena harus melihat Bintang dan Arlin di
sekolah.
Sampai pada suatu hari
barulah Bintang ingin menjelaskan semua. Namun, bagi Naya itu sudah tak lagi
penting. Dia sudah melupakan semua kejadian yang menggores lukanya itu.
Semakin dia menjauh
dari Bintang, justru Bintang semakin mendekatinya. Setiap hari Naya merasa
risih akibat perlakuan Bintang.
“Nay, aku mohon maafin
aku. Aku mau perbaikin semuanya, tolong Nay,” Bintang lagi-lagi memohon untuk
kesekian kalinya. Naya tetap tidak menggubrisnya.
“Harus aku bilang
berapa kali sih aku udah gak mau lihat muka kamu lagi! Jangan ganggu aku lagi
deh! Urusin aja tuh pacar baru kamu!” Naya bangkit dari duduknya, hendak
meninggalkan Bintang.
“Tunggu Nay, aku
bener-bener nyesel udah nyakitin kamu,” Bintang mencoba menahan Naya. Namun hal
tersebut tidak digubrisnya. Wanita yang telah mengisi hidupnya selama 3 tahun
ini meninggalkannya pergi.
“Apa yang terjadi lagi
sih Nay?” Tanya Nesha, sahabat Naya.
“Aku juga gak tahu Sha.
Tiba-tiba aja dia dateng lagi ke hidupku. Aku udah coba buat ngejauh dari dia
dan aku udah bisa ngelupain dia malah dia seenaknya aja dateng lagi ke hidup
aku. Sakit banget aku Sha. Seenaknya banget dia datengin aku. Emangnya hubungan
dia sama si mak lampir itu gimana lagi sih? “ Ucap Naya sambil perlahan
meneteskan airmata.
“Nay, gak usah deh kamu
mikirin Bintang lagi. Dia tuh selalu dateng kalo cuman butuh aja sama kamu.
Yang aku denger sekarang dia udah putus sama Arlin. Makanya aku pikir pasti dia
balik ke kamu lagi cuman buat pelarian,” Nesha mencoba menerangkan.
Bintang masih belum
menyerah dengan usahanya untuk kembali bersama Naya lagi. Dipacunya sepeda
motor miliknya dengan kecepatan tinggi. Tujuannya cuman satu, dia ingin menemui
Naya. Dia sudah menyiapkan segala persiapan untuk meminta Naya kembali.
Namun beberapa meter
sebelum memasuki kompleks perumahan Naya, terlihat cahaya terang di depan
Bintang. Dia tak sempat menghindar, akhirnya kecelakaan pun tak terelakan.
Selang beberapa lama, jalanan tersebut telah berganti dengan kerumunan. Naya
yang lewat di depannya merasa penasaran. Dia bergegas turun dari mobilnya dan
melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya Naya ketika yang dia dapati justru
orang yang dulu pernah mengisi hatinya. Dia langsung berlari menghampiri
Bintang dan menangis.
“Bintang bangun
Bintang,” isak Naya. Terlihat tangannya berlumuran darah akibat kecelakaan
tersebut. Dia meminta orang di sekitarnya untuk membantu Naya membawa Bintang
ke Rumah Sakit.
Bintang segera di bawa
ke UGD untuk pertolongan lebih lanjut. Naya merasa sangat cemas dengan keadaan
itu. Sebelumnya dia telah memberitahukan kejadian itu kepada orang tua Bintang
dan Nesha.
“Sha, aku harus gimana
Sha,” Naya menangis sesaat setelah Nesha datang.
“Doain aja Nay, biar
Tuhan kasih yang terbaik buat Bintang, dia pasti kuat kok,” Nesha mencoba
menenangkan.
“Tapi Nay.. Gara-gara
aku dia jadi gini,”
“Belum tentu kok, udah
tenang aja,”
Terlihat seorang pria
menghampiri Naya. Ditangannya terlihat bungkusan dan sepucuk bunga.
“Maaf, ini tadi saya
temukan sesaat setelah korban kecelakaan,” ucapnya sambil memberikan benda
tersebut.
“Makasih pak,” ucap
Naya. Setelah orang itu pergi, Naya membuka bungkusan itu dan didapatinya
boneka, bunga dan....sepucuk surat. Naya buka surat itu, tangisnya tak
terelakan.
Dear Naya,
Aku nggak tau dengan
cara apa lagi kamu mau maafin aku. Inilah cara terakhirku untuk memintamu
kembali. Aku terlalu lemah tanpa kamu Nay, aku sangat membutuhkanmu untuk
melengkapi hidupku. Kuharap kamu mengerti, kuharap kamu mau pahami. Aku sadar,
aku terlalu bodoh karena sia-siain kamu. Aku mau kamu kembali jadi pacarku
lagi, kasih aku kesempatan lagi.
Dari yang mencintaimu,
Bintang
Tak bisa Naya
bayangkan, karena dirinyalah kecelakaan itu terjadi, karena dialah Bintang tak
sadarkan diri.
“Sha, aku bego!
Bener-bener bego! Aku nggak bisa diem di sini Sha,” ucap Naya histeris.
“Sabar Nay sabar..
Istighfar,”
“Astaghfirulloh..”
suara Naya melemah. Naya tak sadarkan diri.
Beberapa saat
kemudian Naya tersadar. Terlihat Nesha di dekatnya. Tapi tunggu, tak
hanya Nesha. Ada orang tua Naya juga.
“Ada apa ini?” tanya
Naya bingung.
“Yang sabar yah Nay,”
ucap bunda.
“Kenapa
nda?” Naya masih tak mengerti.
“Bintang Nay, Bintang
udah nggak ada,” kata Nesha.
“Maksudmu?” tanya
Naya curiga.
“Bintang udah
meninggal,” Nesha tertunduk lesu.
“Nggak mungkin! Kalian
bohong kan? Bintang nggak mungkin meninggal!” Naya tak percaya.
“Bener Nay, aku nggak
bohong.. Kalo kamu nggak percaya ayo kita ke kuburan bareng,” ajak Nesha.
Sampai di tempat
pemakaman, tangis Naya tak terkendali. Naya tak bisa lagi
melihat sosok Bintang.
“Maafin aku Bintang,
maafin kebodohanku,” sesal Naya.
“Nay, ini ada titipan
Bintang, dia tulis sesaat sebelum dia pergi,” Nesha memberikan Naya sepucuk
surat.
Bintang sayang Naya,
tetep tegar Naya
Aku akan jaga kamu dari
sini
Aku akan sangat
merindukanmu, mantanku. Mantan terindah yang pernah kumiliki. Kuharap kau
tenang di sana. Cintamu tetap utuh di hatiku. Kamulah bagian dari masa lalu
yang takkan kulupakan.
0 comments:
Post a Comment