Remaja Perlu Memiliki Visi dan Misi untuk Masa Depan

Posted by Seputar Remaja on Tuesday 24 June 2014

Kata visi bukan merupakan kosa kata baru untuk kita dengar. Di mana-mana banyak orang menempelkan visi mereka. Pemerintahan, perusahaan sampai kepada grup-grup aktivitas sosial juga memiliki visi sendiri untuk bergerak ke depan.

 Sekolah tempat penulis mengabdi juga punya visi yaitu ‘menciptakan generasi cemerlang berdasarkan imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (Ilmu pengetahuan dan tekhnologi).

Visi adalah pandangan ke depan atau keinginan yang perlu diwujudkan  di masa depan. Visi juga dapat dikatakan sebagai cita-cita yang ingin dicapai. Anak sekolah yang hidup dalam beberapa  tahun silam, mungkin tahun 1960-an, 1970-an dan tahun 1980-an,  masih punya cita-cita. “Kalau kamu besar nanti kamu mau jadi apa ?”. “Saya mau jadi presiden, jadi guru, jadi polisi, jadi pilot, jadi tentara, jadi dokter”.

Cita-cita yang disebutkan di atas layak sebagai jawaban dari anak-anak yang belajar di taman Sekolah Dasar  atau kanak-kanak. Sementara cita-cita dan jawaban remaja pada masa itu mungkin sudah punya referensi, sesuai dengan biografi yang mereka baca. 

“Saya ingin menjadi arsitektur, diplomat, pengacara, atau saya ingin menjadi hebat seperti Haji Agus Salim atau Presiden Sukarno”.

Waktu atau zaman pun bergulir. Banyak remaja terbawa arus mode dan gaya hidup. Sebagian mengadopsi gaya selebriti “penyanyi, pemusi, bintang iklan, bintang film/ bintang sinetron, presenter dan atlik olah raga’.

 Sekarang atlet sepak bola seperti Zidane, David Beckham, juga atlet  ngetop di Indonesia seperti Irfan Bachdim, dan atlet blasteran lainnya telah menjadi tokoh selebriti”. Kalau ditanya pada remaja, kemungkinan jawab mereka adalah “Saya ingin jadi presenter, bintang sinetron atau ingin jadi selebriti”.

Namun remaja yang punya visi atau cita-cita seperti ini juga tidak banyak. Kecuali bagi mereka yang punya fasilitas- punya gitar, piano, biola, raket tennis atau bagi yang mampu masuk klub olah raga yang biayanya agak mahal. 

Yang lain cuma bengong dan gigit jari, “Kamu mau jadi apa nanti?”, jawab mereka “belum terfikir, tergantung nilai ujian akhir, tergantung passing grade pada bimbingan belajar, tergantung mama dan papa, pokoknya I don’t know !!”.

Itulah gambaran sebagian remaja di tahun 2000-an ini. Stereotype atau gambaran menurun orang kebanyakan bahwa “remaja sekarang banyak yang memiliki karakter cengeng, manja, cuek mudah stress  dan serba ingin dibantu”.

 Gambara seperti ini mungkin dapat disangkutkan kepada remaja yang sedang study di SMA, SMK, MAN dan juga sebagian mahasiswa yang lagi studi  di Perguruan Tinggi.

Coba lihat foto-foto remaja atau mahasiwa lewat facebook  yang sedang studi di Perguruan Tinggi favorite atau perguruan tinggi di daerah. Yang terlihat adalah bukan suasana ilmiah/ kuliah, cuma suasana santai,  ya sekedar acara makan-makan, godain pacar, atau foto jalan-jalan bareng”.

 Beda jauh dengan foto yang dibuat oleh tokoh hebat dari negara kita. Misalnya foto Muhammad Hatta sedang baca buku di sebuah kamar di Belanda, Buya Hamka sedang menyiapkan artikel, Haji Agus Salim sedang berdiri di atas podium.

Stereotype terhadap kebanyakan pelajar sekarang adalah bahwa mereka berpenampilan santai, banyak malas dan suka serba diatur atau serba diurus terus.

 Apa yang terjadi kalau stereotype ini memang terjadi. Tentu negeri ini akan penuh dengan orang-orang yang suka cuek, santai, malas, cengeng, manja, passive dan tidak mandiri. Sementara yang dibutuhkan negara adalah orang-orang yang berkarakter “endeavour”.

Endeavour berarti semangat yang selalu suka kerja keras dan suka kerja, bukan bekerja dan belajar asal asalan, tidak angin-anginan atau (maaf) tidak berkarakter hangat-hangat tai ayam. Endeavour adalah karakter oran- orang dari negara maju. 

Agama kita (Islam) mengajarkan - man jadda wa jadda- Siapa yang sungguh sungguh akan berhasil. Ternyata ungkapan ini telah dipungut  oleh orang-orang dari negara maju.

Memang benar bahwa umumnya orang-orang dari negara maju berkarakter endeavour. Orang-orang dari negeri kita juga ada yang berkarakter endeavour- memiliki semangat hidup yang hebat, tekun dalam bekerja dan belajar serta bertanggung jawab atas diri sendiri. Orang-orang yang seperti ini tentu memiliki visi dan misi  dalam hidup untuk meraih masa depan. 

Namun jumlah orang yang begini tidak banyak. Untuk membuat populasi  remaja yang punya visi dalam hidup bias berlipat ganda,  maka mereka perlu membuka diri dan harus dimotivasi dan diberi pasokan motivasi atau energi positif.

Media massa di negara kita juga cukup hebat. Isinya tidak cuma sebatas berita dan hiburan, namun juga ada yang berisi tentang motivasi untuk pembacanya, dan sayang untuk dilewatkan.    
Koran nasional “Seputar Indonesia” atau Koran Sindo (Jum’at 11, Maret 2011) menulis headline tentang “14 orang WNI yang tercatat sebagai orang terkaya di dunia”. Di sini juga diungkapkan tentang 10 orang terkaya di dunia, mereka berasal dari 6 negara yaitu Meksiko, Amerika Serikat, Perancis, India, Spanyol dan Brazil.

Banyak remaja cuma tahu dengan merek mobile phone (HP= Hand Phone) seperti Nokia, Siemens, Samsung, Nexian, BB, Sony, dan lain lain. Atau mereka  hanya tahu dengan penyedia jasa telekomunikasi seperti “telkomsel, indosat, esia, XL dan lain-lain.

 Ya mereka kemudian menjadi orang yang hanya  pintar menggenggam HP dan menebar SMS yang isinya  hanya sebatas ungkapan  picisan (murahan) tentang cinta, cemburu, benci, sakit hati atau dendam.

Sementara itu orang terkaya di dunia ada yang bisa jutawan atau milyuner karena menekuni pekerjaan dalam bidang jasa telekomunikasi untuk melayani jutaan orang.

 Carlos Slim, misalnya, seorang pengusaha telekomunikasi Meksiko, ia tidak terlalu dikenal oleh public di luar Meksiko. Ia telah menguasai kerajaan telekomunikasi. Bill Gate menjadi kaya melalui Microsoft, yang membuat puluhan juta orang yang tergila-gila dengan internet.  

Barangkali mimpi Carlos Slim dan Bill Gate ketika remaja berbeda dengan mimpi banyak  remaja di negeri ini, yang mana sebahagian mereka mungkin bermimpi bagaimana bisa kuliah setelah lulus SMA, kemudian setelah  wisuda bias kerja untuk jadi PNS, kerja BUMN atau swasta. Kalau tidak mampu ya pergi mengadu nasib pada paman atau mencari juragan di kota lain.

Pernyataan ini bukan asal tulis saja. Ini malah sebuah kenyataan bahwa banyak orang yang setelah menuntut ilmu selama 17 tahun- 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA dan 4 atau 5 tahun di Perguruan Tinggi, hanya mampu sebagai pelamar kerja jadi PNS, BUMN atau jadi TNI dan Polisi. 

Bila belum berhasil ya bertahan sebagai tenaga honorer.Pada hal untuk menyelesaikan kuliah sudah menghabiskan  dana puluhan juta rupiah. Namun kemudian kok malah menjadi sarjana bengong saja. Dan honor yang diterima cuma beberapa perak saja, wah tidak berimbang.  

Ada orang, kika tidak berhasil dalam meraih mimpi atau cita- cita, mereka segera banting stir untuk menekuni bidang lain- bidang konstruksi bangunan, transportasi, music, peternakan, industry kecil dan sebagainya.

 Ada yang bergelar sarjana hukum namun ternyata menjadi sukses sebagai pemilik 5 buah restoran. Ini sangat wajar dan terjadi setelah mereka memiliki pasokan motivasi dalam diri mereka. Mereka tidak berkarakter nrimo, pantang menyerah  atau pasrah saja atas kesulitan hidup ini.

Ternyata bahwa 14 orang terkaya di dunia, menurut versi majalah Forbes, menjadi kaya bukan karena melalui PNS, pegawai swasta, buruh atau pegawai BUMN. Orang-orang tersebut bisa berprestasi setelah mampu melewati sejumlah kesulitan dan kegagalan hidup. Mereka ternyata memiliki visi dan misi atau cita cita untuk hidup di masa depan.

Budi Hartono dan Michael Hartono bisa melejit prestasinya melalui pabrik rokok Djarum (banyak orang tetap merokok, walau pada label rokok sudah ada peringatan bahwa rokok penyebab kanker dan impotensi). Hartanya semakin bertambah melalui kepemilikan bank swasta besar yaitu Bank BCA.

Low Tuck Kwong menjadi kaya lewat bisnis batubara. Martua Sitorus juga bisa memiliki banyak uang karena memiliki bisnis sawit- menjadi produsen minyak kelapa sawit dan bisnis gula. Ketika remaja  ia berbisnis udang, dari sinilah bakat bisnisnya tumbuh pesat.

Peter Sondakh bisa memiliki banyak uang setelah memiliki bisnis, salah satunya dengan  kontraktor besar dalam membuat jalan layang, jalan tol dan juga bisnis perkebunan. Ada juga yang menjadi kaya  karena memiliki bisnis pabrik tekstil, dan plastik, dan juga pendukung perdagangan internasional- contoh perdagangan antar Cina dan Indonesia. Ada pula  yang kaya karena memiliki industri kertas.  

Membaca buku “Sukarno as retold to cindy Adam” yang pernah penulis baca lebih dari 20 tahun yang silam dapat diperoleh kesimpulan mengapa visi Sukarno merjadi orang hebat dapat terwujud dan missi apa yang ia terapkan dalam hidup. Menjadi  pemimpin hebat adalah sebagai visi hidupnya.

 Misi untuk mencapainya telah diterapkan sejak usia dini. Lihatlah karakter Sukarno yasng terkenal sebagai jagoan diantara teman-temannya. Kalau berlari pasti ia paling cepat, memanjat pohon pasti ia paling tinggi, berkelahi, ia jagonya. 

Kemudian saat remaja, ia tidak larut dalam masa hura-hura, namun ia mulai bergelut dengan pemikiran orang-orang hebat di dunia lewat membaca buku. Oh ternyata buku-buku banyak dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Maka ia pun belajar ke dua bahasa ini sungguh-sungguh. Ia langsung menggunmakan ke dua bahasa ini dalam pergaulan. Malah agar bahasa Belandanya hebat maka ia menjalin asmara dengan noni Belanda.

Agar ia terampil dalam berkomunikasi- menulis dan berpidato, maka ia selalu berlatih. Dikatakan oleh buku tersebut bahwa saat berusia muda Sukarno terbiasa berlatih berpidato di depan cermin besar dalam kamarnya. Untuk bahasa tulisan maka ia banyak mengarang atau menulis. 

Akhirnya Sukarno masuk ke dalam organisasi dan partai, di siyulah kehebatannya yang didukung oleh potensi diri hingga ia menjadi presiden pertama Indonesia.

Dapat disimpulkan dari tulisan sebelumnya bahwa orang-orang yang mampu menjadi milyuner dapat terwujud karena memiliki visi dan misi  atau program untuk masa depan. Visi tersebut mereka wujudkan dengan langkah-langkah strategis atau yang juga disebut misi. 

Mereka tahu bahwa masyarakat luas memerlukan kertas untuk belajar atau untuk urusan administrasi, masyarakat luas butuh minyak kelapa sawit untuk memasak, butuh sarana telekomunikasi, dan lain lain maka mereka memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Kemudian uang yang berada dalam kantong masyarakat luas mengalir ke dalam rekening mereka.

Setelah memiliki visi yang jelas maka mereka menguasai strategi. Mereka menguasai input, proses, out put dan out comenya. Para milyuner bukanlah orang pemalas dan bermental lemah.

 Mereka memiliki tingkat competence yang hebat- mereka jago dalam memanfaatkan waktu, mereka tahu cara berkomunikasi yang baik dan mereka tahu cara merekrut tim untuk bergerak maju. Mustahil para milyuner jadi kaya kalau melalui usaha sendiri, mereka musti bergerak maju melalui team kerja yang solid atau kompak.

Remaja sekarang- pelajar dan mahasiswa, musti segera memiliki visi dan misi. Kemudian buang jauh jauh karakter manja, pasif dan serba penakut atau banyak ragu-ragu.

 Dari sekarang mereka harus agresif untuk maju, memiliki semangat kompetisi yang hebat. Kemudian berfikir sebagai produsen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak secara massal. Mereka musti menguasai input, menguasai proses dan juga menguasai distribusinya.


Blog, Updated at: 00:43

0 comments:

Post a Comment